Rabu, 31 Oktober 2012

Data Santri Tahun 2011


DATA SANTRI KUDUS DI SARANG
KELUARGA SANTRI SARANG KUDUS (KESANKU)
TAHUN 1432 H. / 2011 M.
Kecamatan Kaliwungu


NO. NAMA KAMAR ALAMAT NO. HP
1 Masrukhin DN 25 Mijen Kaliwungu  
2 Ali Murtadlo AS 57 Kaliwungu  
3 M. Khoirus salam DS 07 Papringan Kaliwungu  
4 Ust. Abdul Kholiq 44 Kaliwungu  
5 M. Sirril Wafa 50 Bapangan Kaliwungu  
6 Hardian Sutriskiarso 05 Kaliwungu  
7 Haris mukammal 03 Kaliwungu  
8 Himmatul Fu'ad 19 Kaliwungu  
DATA SANTRI KUDUS DI SARANG
KELUARGA SANTRI SARANG KUDUS (KESANKU)
TAHUN 1432 H. / 2011 M.
Kecamatan Jati


NO. NAMA KAMAR ALAMAT NO. HP
1 Khoirul Anam DN 24 Tumpangkrasak Jati  
2 Gus Wahyu AS 59 Jati  
3 M. Nurul Huda 50 Tumpangkrasak Jati  
4 Busyro Lathif 15 Ngloram Jati  
5 M. Said 03 Tumpang Jati  
6 Syamsuddin 03 Tumpang Jati  
7 M. Qosim 03 Jati  
DATA SANTRI KUDUS DI SARANG
KELUARGA SANTRI SARANG KUDUS (KESANKU)
TAHUN 1432 H. / 2011 M.
Kecamatan Kota


NO. NAMA KAMAR ALAMAT NO. HP
1 Depi DH 92 Wergu Wetan Kota  
2 M. Alamul Huda DN 23 Janggalan Kota  
3 Abdulloh Qosim AK DN 23 Damaran Kota  
4 M. Yusrul Hana DN 24 Janggalan Kota  
5 A. Najih DN 24 Singocandi Kota  
6 Zuhrul Anam AS 57 Wergu Kulon Kota  
7 Mas'ud Alawi AS 79 Kota  
8 M. Nafis ilmi 50 Kwanaran Kota  
9 M. Ulul Abshor 50 Krandon Kota  
10 M. Faiz Amali 50 Pagongan Lor Kota  
11 Ags. M. Mutawakkil 39 Bendan Kota  
12 Ags. M. Muhabab (Gus Ibang) 39 Bendan Kota  
13 Ags. M. Nouva Hilmi 05 Kwanaran Kota  
14 M. Atho' Al-Haq 03 Damaran Kota  
15 M. Kholil Akbar 50 Mlati Kota  
16 Nurum Mujtaba 05 Singocandi Kota  
DATA SANTRI KUDUS DI SARANG
KELUARGA SANTRI SARANG KUDUS (KESANKU)
TAHUN 1432 H. / 2011 M.
Kecamatan Undaan


NO. NAMA KAMAR ALAMAT NO. HP
1 Misbahuddin DH 92 Kuthuk Undaan Kidul  
2 Mujahidin DN 27 Undaan  
3 Rozaq AS 67 Undaan  
4 M. Noor Isyfa 05 Undaan Tengah Undaan  
5 Ahmad Nafi'i Ihsan 44 Undaan Lor Undaan  
DATA SANTRI KUDUS DI SARANG
KELUARGA SANTRI SARANG KUDUS (KESANKU)
TAHUN 1432 H. / 2011 M.
Kecamatan Jekulo


NO. NAMA KAMAR ALAMAT NO. HP
1 Abdul Ghofur DH 90 Bulung Kulon Jekulo  
2 Nurul Yaqin DH 90 Bulung Kulon Jekulo  
3 Abdur Rohman Ndalem Bulung Kulon Jekulo  
4 Abdul Haq Syafi' DN 20 Honggosoco Jekulo  
5 Ulul Ajib DN 23 Jekulo  
6 Luthfi Ahmadi DN 24 Hadipolo Jekulo  
7 Ulin Nuha AS 58 Jekulo  
8 Abdul Jalal DS 10 Hadipolo Jekulo  
9 M. Nasih DS 10 Hadipolo Jekulo  
10 Khusnul Yaqin DS 10 Pladen Jekulo  
11 Ags. Iskandar M. A'la 51 Bareng Jekulo  
12 Khoirul Umam 03 Sumber Jekulo  
13 Khoiruzzad 05 Jekulo  
14 Abdul Rozzaq 19 Jekulo  
DATA SANTRI KUDUS DI SARANG
KELUARGA SANTRI SARANG KUDUS (KESANKU)
TAHUN 1432 H. / 2011 M.
Kecamatan Gebog


NO. NAMA KAMAR ALAMAT NO. HP
1 Atho'illah DH 78 Gondosari Gebog  
2 Ulin Ni'am AS 57 Jurang Gebog  
3 Isbah Kholili AS 57 Durenan Gebog  
4 M. Rif'an AS 70 Gebog  
5 Abdul Wakhid 05 Besito Gebog  
6 Ning Yuda Prayoga 05 Besito Gebog  
7 M. Haris yudiyanto 05 Gebog  
8 Khoirul Amri 03 Gebog  
DATA SANTRI KUDUS DI SARANG
KELUARGA SANTRI SARANG KUDUS (KESANKU)
TAHUN 1432 H. / 2011 M.
Kecamatan Mejobo


NO. NAMA KAMAR ALAMAT NO. HP
1 M. Soleh DH 78 Mejobo Mejobo  
2 Sutrisno DH 78 Mejobo Mejobo  
3 Ali Qosim DH 93 Mejobo Mejobo  
4 M. Zaini DH 103 Kesambi Mejobo  
5 M. Widodo DH 105 Mejobo Mejobo  
6 M. Misbahudin DH 105 Mejobo Mejobo  
7 Abdul Nafik DH 106 Jepang Wetan Mejobo  
8 Faiz Fadli DH 106 Mejobo Mejobo  
9 Rudi Ari Wibowo DH 106 Jepang Mejobo  
10 Abdul Mujib DH 106 Golantepus Mejobo  
11 Mufarichin AS 71 Golantepus Mejobo  
12 Syarif Hidyatulloh AS 64 Mejobo Mejobo  
13 Miftahul Huda 44 Mejobo  
DATA SANTRI KUDUS DI SARANG
KELUARGA SANTRI SARANG KUDUS (KESANKU)
TAHUN 1432 H. / 2011 M.
Kecamatan Bae


NO. NAMA KAMAR ALAMAT NO. HP
1 Masfu'an DH 72 Bae Bae  
2 Abbas DT 100 Bae  
3 Fahri Adib DN 23 Ngembal Bae  
4 Surya Adi Saputro DN 24 Panjang Bae  
5 Nashifuddin Al A'la DN 27 Ngembal Bae  
6 M. Khoirul Nur Hadi AS 57 Ngembal Kulon Bae  
7 M. Ubaidillah AS 57 Honggosoco Bae  
8 M. Miftahuddin AS 57 Salam Bae  
9 Faisol Arijuddin 50 Panjang Bae  
10 M. Muhtadi 50 Bendo Bae  
11 M. Afifulloh 03 Peganjaran Bae  
DATA SANTRI KUDUS DI SARANG
KELUARGA SANTRI SARANG KUDUS (KESANKU)
TAHUN 1432 H. / 2011 M.
Kecamatan Dawe


NO. NAMA KAMAR ALAMAT NO. HP
1 Izzul Falahi DH 72 Cendono Dawe  
2 Ust. Habib Abdu'i DH 72 Cendono Dawe  
3 Ust. Mahmud Sutarwan Waffa DH 78 Sintru Kandangmas Dawe  
4 Muhyiddin DH 98 Rejosari Dawe  
5 Roni Sofiyan DH 103 Rejosari Dawe  
6 Sholikin DH 103 Rejosari Dawe  
7 Bahauddin jamil DH 73 Masin Kandangmas Dawe  
8 Zainal Arifin DH 106 Masin Kandangmas Dawe  
9 Rifa'i DT 108 Rejosari Dawe  
10 Selamet Qomaruddin DH 106 Rejosari Dawe  
11 Ahmad Syakur DN 22 Cranggang Dawe  
12 Miftahun Ni'am DN 23 Cendono Dawe  
13 M. Bisyri 50 Pelang Dawe  
14 M. Ulul Albab 50 Puyoh Dawe  
15 Abdul Mughits 03 Kiringan Dawe  
16 A. Sobibur Rohman 03 Kiringan Dawe  
17 Agus Budi Utomo 03 Kiringan Dawe  
18 Noor Riyadi 03 Kiringan Dawe  

Selasa, 15 Juni 2010

TAWAKKAL ILALLAH

Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”[1]

Hadits di atas menjelaskan mengenai urgensi tawakkal. Ibnu Rajab mengatakan, ”Tawakkal adalah seutama-utama amal sebab untuk memperoleh rizki”.[2] Sebagaimana Allah Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca ayat di atas kepada Abu Dzar Al Ghifariy. Lalu beliau berkata padanya,

لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوْا بِهَا لَكَفَتْهُمْ

Seandainya semua manusia mengambil nasehat ini, itu sudah akan mencukupi mereka.[3] Yaitu seandainya manusia betul-betul bertakwa dan bertawakkal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka.[4]

Al Qurtubi mengatakan, ”Barangsiapa menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.”[5]

Sedangkan tawakkal yang sebenarnya adalah menyandarkan hati pada Allah dalam usaha untuk memperoleh manfaat atau menolak bahaya, baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat seluruhnya. Dalam tawakkal, seseorang betul-betul menyandarkan diri pada Allah dan ia pun menyempurnakan keyakinan bahwa tidak ada yang memberi, menghalangi rizki, mendatangkan bahaya atau manfaat selain Allah semata. Itulah hakikat tawakkal yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali[6].

Tawakkal Bukan Hanya Pasrah

Sebagian orang seringkali salah kaprah dalam memahami tawakkal. Dikiranya tawakkal hanyalah sikap pasrah, tanpa ada usaha dan kerja sama sekali. Ini sungguh keliru. Tawakkal yang benar haruslah tercakup dua hal yaitu [1] penyandaran diri pada Allah dan [2] melakukan usaha. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Usaha dengan anggota badan dalam melakukan sebab adalah suatu bentuk ketaatan pada Allah. Sedangkan bersandarnya hati pada Allah adalah termasuk keimanan.”[7]

Di antara bukti bahwa tawakkal yang benar haruslah disertai dengan melakukan usaha adalah keadaan burung yang dijelaskan dalam hadits yang telah lewat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa burung tersebut bisa pulang dalam keadaan mendapatkan rizki dikarenakan ia juga melakukan usaha keluar di pagi harinya, disertai hatinya bersandar pada Allah.

Al Munawi mengatakan, ”Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rizki, yang memberi rizki adalah Allah Ta’ala. Hal ini menunjukkan bahwa tawakkal tidak harus meninggalkan usaha. Tawakkal haruslah dengan melakukan berbagai usaha yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rizki dengan usaha. Sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rizki.[8]

Allah subhanahu wa ta’ala dalam beberapa ayat juga menyuruh kita agar tidak meninggalkan usaha sebagaimana firman-Nya,

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al Anfaal: 60).

Juga firman-Nya,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah.” (QS. Al Jumu’ah: 10). Dalam ayat-ayat ini terlihat bahwa kita juga diperintahkan untuk melakukan usaha.

Sahl At Tusturi mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan.”[9]

Allah Memang yang Memberi Rizki

Allah memang yang memberi rizki sebagaimana firman-Nya,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”(QS. Hud: 6). Ibnu Hajar Al ‘Asqolani mengatakan, “Namun hal ini bukan berarti seseorang boleh meninggalkan usaha dan bersandar pada apa yang diperoleh makhluk lainnya. Meninggalkan usaha sangat bertentangan dengan tawakkal itu sendiri.”[10]

Imam Ahmad pernah ditanyakan mengenai seorang yang kerjaannya hanya duduk di rumah atau di masjid. Orang yang duduk-duduk tersebut pernah berkata, ”Aku tidak mengerjakan apa-apa. Rizkiku pasti akan datang sendiri.” Imam Ahmad lantas mengatakan, ”Orang ini sungguh bodoh. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah bersabda,

إِنَّ اللَّه جَعَلَ رِزْقِي تَحْت ظِلّ رُمْحِي

Allah menjadikan rizkiku di bawah bayangan tombakku.[11][12]

Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang”. Disebutkan dalam hadits ini bahwa burung tersebut pergi pada waktu pagi dan kembali pada waktu sore dalam rangka mencari rizki. Para sahabat pun berdagang. Mereka pun mengolah kurma. Yang patut dijadikan qudwah (teladan) adalah mereka (yaitu para sahabat).”[13]

Semoga Allah memberkahi setiap rizki yang kita peroleh. Hanya kepada Allah sebaik-baik tempat menggantungkan diri.

Referensi :

[1] HR. Ahmad (1/30), Tirmidzi no. 2344, Ibnu Majah no. 4164, dan Ibnu Hibban no. 402. Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310 mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Muqbil Al Wadi’i dalam Shohih Al Musnad no. 994 mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[2] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 516, Darul Muayyid, cetakan pertama, 1424 H.

[3] HR. Ahmad, Ibnu Majah, An Nasa-i dalam Al Kubro. Dalam sanad hadits ini terdapat inqitho’ (terputus) sehingga hadits ini adalah hadits yang lemah (dho’if). Syaikh Al Albani dalam Dho’if Al Jami’ no. 6372 mengatakan bahwa hadits tersebut dho’if. Namun makna hadits ini shahih (benar) karena memiliki asal dari ayat al Qur’an dan hadits shahih.

[4] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 516.

[5] Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an, Al Qurtubhi, 18/161, Mawqi’ Ya’sub.

[6] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 516, Darul Muayyid, cetakan pertama, 1424 H.

[7] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 517.

[8] Lihat Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jaami’ At Tirmidzi, 7/7-8, Asy Syamilah

[9] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 517.

[10] Fathul Bari, Ibnu Hajar ‘Al Asqolani, 11/305, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379.

[11] Maksud hadits ini adalah bahwa harta rampasan perang (ghonimah) itu halal bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al Muhallab mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keistimewaan dibanding para Nabi sebelumnya yaitu dengan dihalalkannya ghonimah. Ghonimah inilah rizki bagi beliau.” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 9/130, Asy Syamilah). Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan bahwa rizkinya yaitu ghonimah (harta rampasan perang) berasal dari kilatan pedangnya karena berperang dengan kaum kuffar. Artinya, beliau sendiri melakukan usaha yaitu berperang, baru dapatlah ghonimah.

[12] HR. Ahmad, dari Ibnu ‘Umar. Sanad hadits ini shahih sebagaimana disebutkan Al ‘Iroqi dalam Takhrij Ahaditsil Ihya’, no. 1581. Dalam Shahih Al Jaami’ no. 2831, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[13] Fathul Bari, 11/305